Thursday, March 1, 2012

Ketika ibu tidak bisa memberikan ASI

Hampir semua ibu selalu ingin memberikan yang terbaik untuk bayinya, termasuk memberikan makanan bergizi melalui ASI. Namun tidak sedikit pula ibu yang terpaksa tidak bisa menyusui bayinya, baik dikarenakan faktor pekerjaan, ataupun kondisi fisik sehingga payudara ibu tidak memproduksi ASI yang cukup atau bahkan berhenti sama sekali. Namun pengasuhan yang baik bukan hanya ditentukan dari penyusuan atau pemberian ASI, apalagi jika ibu telah berusaha keras untuk dapat menyusui, jadi ibu tidak perlu merasa sedih atau kecewa.

Jika ibu sudah bertekad untuk memberi ASI eksklusif sejak kehamilan, mungkin saja kegagalan dalam menyusui akan menimbulkan kekecewaan atau bahkan terkadang menyalahkan diri sendiri. Bersedih, marah atau perasaan kecewa boleh-boleh saja, namun jangan sampai berlarut-larut. Berusahalah menerima kenyataan bahwa penyusuan memang tidak memungkinkan untuk Anda dan bayi.

Berbicaralah dari hati ke hati dengan pasangan, teman baik, dan anggota keluarga lain tentang hal ini, tentang usaha-usaha yang telah ibu lakukan dan tentang apa yang ibu rasakan. Dukungan dari orang-orang sekitar dapat membantu Anda untuk menghadapi kenyataan. Coba juga mencari komunitas ibu-ibu yang menyusui dengan botol, sehingga Anda dapat berbagi pengalaman dengan mereka.
 
Ikatan antara ibu dan bayi tidak bisa terputus begitu saja hanya karena ibu tidak bisa menyusui. Walaupun memberikan susu dengan botol, ibu tetap bisa menggendong dan memeluknya dengan dekat, sehingga tetap terjadi kontak mata. Tirukan posisi menyusui langsung dan tetap usahakan kontak kulit antara ibu dan bayi.
Cara ibu merespon ketika bayi menangis, frekuensi ibu menggendong atau bermain dengannya, dan sikap ibu sebagai orang tua akan berpengaruh besar dalam pembentukan ikatan antara ibu dan bayi, bukan hanya dari proses penyusuan saja.

Wednesday, February 29, 2012

Hiperlaktasi (produksi ASI berlebih): Upaya Mengatasi

Upaya yang dapat dilakukan:
  • Sebelum mulai menyusui, pompalah (dengan tangan ataupun alat) air susu secukupnya untuk mengurangi laju keluarnya air susu. Air susu yang keluar dapat disimpan untuk diberikan pada bayi pada saat ibu tidak dapat menyusui langsung. Namun jangan mengeluarkan terlalu banyak, karena sebenarnya pengeluaran yang banyak akan memicu produksi yang banyak pula dari tubuh.
  • Cobalah menyusui bayi ketika sebelum ia sangat lapar (misalnya ketika baru saja bangun tidur), sehingga bayi akan menghisap pelan-pelan. Penghisapan perlahan akan lebih sedikit menimbulkan rangsangan pada payudara sehingga memperlambat laju keluarnya air susu ibu.
  • Posisi penyusuan tertentu bisa membantu bayi untuk mengantisipasi derasnya aliran air susu. Cobalah posisi bayi yang duduk menghadap ibu, dan ibu bersandar agak miring ke belakang sehingga gravitasi dapat memperlambat aliran susu. Atau coba posisi menyusui dengan ibu berbaring miring, dan meletakkan handuk/ kain di bawah payudara untuk menampung tetesan air susu.
  • Segera hentikan penyusuan jika bayi terlihat menghisap atau menelan susu terlalu cepat dan kewalahan dengan aliran ASI yang deras. Biarkan bayi bersendawa terlebih dahulu baru lanjutkan penyusuan kembali.
  • Untuk membantu mengurangi suplai air susu, pompalah terlebih dahulu kedua payudara hingga habis. Setelah itu, barulah mulai menyusui bayi hanya pada satu payudara saja selama 2-4 kali penyusuan berturut-turut. Ibu bisa memompa payudara lain yang tidak digunakan untuk menyusui (tidak sampai habis), untuk mengurangi tekanan jika payudara terlalu penuh. Teknik ini biasanya berhasil mengurangi produksi air susu dalam 24-48 jam.
  • Jika selama ini ibu memompa dan menyimpan ASI, hentikan pemompaan sampai persediaan air susu sesuai dengan kebutuhan bayi saat ini.

Sisi positif dari hiperlaktasi adalah bahwa tubuh ibu menghasilkan makanan/ ASI yang cukup banyak untuk memenuhi kebutuhan bayi. Namun terkadang bayi hanya mendapatkan susu depan (foremilk) yang kurang berkalori, sehingga menimbulkan lebih banyak gas di dalam perut. Jika berlangsung terus menerus, hal ini dapat mengganggu pemenuhan nutrisi bayi. Cobalah berkonsultasi dengan dokter atau ahli penyusuan tentang hal ini untuk memperoleh penyelesaian yang terbaik. Waspadailah juga terhadap gejala penyumbatan saluran air susu atau mastitis (pembengkakan payudara karena air susu tidak dapat keluar). Jika ibu mengalaminya, maka perawatan khusus segera dibutuhkan untuk mengatasi permasalahan ini terlebih dahulu.

Tuesday, February 28, 2012

Hiperlaktasi (persediaan ASI berlebih): Gejala dan Penyebab

Hiperlaktasi merupakan istilah di mana badan ibu menyusui memproduksi air susu dalam jumlah berlebih dibanding kebutuhan bayi. Air susu tersebut bisa saja keluar dengan cepat tanpa perlu dirangsang, menetes atau bahkan menyemprot. Tanda-tanda dari hiperlaktasi adalah payudara ibu akan terasa sangat penuh sepanjang waktu, bahkan bisa jadi ibu mengalami penyumbatan saluran air susu atau pembengkakan payudara.  Rasa nyeri di dada juga bisa muncul, dan biasanya terjadi kebocoran air susu di antara waktu penyusuan, atau kebocoran yang banyak pada payudara lain yang tidak sedang disusu oleh bayi selama proses penyusuan. Gejala-gejala ini dapat muncul pada minggu-minggu awal setelah persalinan. Payudara akan perlahan-lahan beradaptasi memproduksi jumlah air susu yang sesuai sekitar 3-5 bulan setelah persalinan.

Bayi bisa saja tidak terganggu dan tidak menunjukkan reaksi apapun terhadap hiperlaktasi yang dialami ibu. Di lain pihak bisa saja bayi hanya menyusu sebentar (5-10 menit) dan mencoba menekan puting ibu (hal ini dapat menyebabkan puting bengkak/ luka) karena ia berusaha menghentikan aliran yang terlalu deras. Bayi yang lain bisa saja ingin menyusu lebih sering, ada yang menolak menyusu, atau bahkan muntah setelah menyusu karena terlalu kenyang. Bayi bisa saja sudah merasa kekenyangan sebelum mendapatkan susu belakang (hindmilk) yang mengandung lemak dan kalori tinggi, sehingga terlalu banyak laktosa di dalam perutnya. Hal ini dapat menyebabkan terlalu banyak gas dalam saluran pencernaan dan buang air kecil/ besar dalam jumlah besar. Berat badan bayi sendiri dapat bervariasi dari sangat rendah hingga terlalu tinggi, tergantung dari reaksinya.

Salah satu penyebab seorang ibu menghasilkan terlalu banyak susu karena adanya rangsangan atau stimulus yang mendorong tubuh untuk memproduksi sedemikian banyaknya, misalnya kebiasaan memompa susu melebihi dari kebutuhan bayi. Selain itu, ketidakseimbangan hormon, tumor pada kelenjar susu, dan pengobatan lain juga dapat mempengaruhi produksi susu yang berlebihan pada ibu menyusui.

Monday, February 27, 2012

Mengenal gula dalam makanan bayi

Secara alami, bayi dan anak-anak menyukai gula karena mereka membutuhkan energi. Gula merupakan sumber utama yang memberikan energi pada sel tubuh untuk dapat bekerja dengan baik. Namun seringkali gula disalahkan atas berbagai kemungkinan penyebab penyakit. Yang perlu diperhatikan di sini adalah bahwa gula yang diberikan sebagai makanan bayi haruslah gula yang baik untuk pertumbuhannya.

Glukosa, dekstrosa, dan sukrosa adalah beberapa contoh gula “buruk” yang dapat ditemukan pada gula pasir, permen, lapisan gula, kecap, dan sirup. Sejumlah kecil gula jenis ini tidak berbahaya bagi bayi, namun apabila berlebihan akan menyebabkan peningkatan kadar gula dalam darah melebihi batas normal. Gula sederhana ini hanya perlu dicerna sedikit oleh usus, dan masuk ke aliran darah dengan cepat sehingga kadar gula darah meningkat. Hormon insulin selanjutnya berperan mengantarkan gula tersebut ke sel-sel tubuh sehingga kadar gula dalam darah menurun. Kemudian hormon glikogen akan mengekstrak gula dari hati untuk meningkatkan kadar gula darah kembali, demikian seterusnya terjadi dalam suatu siklus. Tingkat gula darah dan hormon yang tidak stabil dalam siklusnya akan menyebabkan terjadinya tingkah laku hiperaktif pada anak.

Gula fruktosa, terutama dari buah-buahan, adalah jenis gula yang lebih baik karena gula ini tidak merangsang kerja hormon seperti gula sederhana lainnya. Perubahan tingkat gula darah dan tingkah laku yang tampak pun tidak akan sedrastis akibat gula sederhana lainnya.

Gula dalam susu atau laktosa juga merupakan gula baik untuk bayi dan anak karena tidak cepat masuk ke dalam aliran darah, melainkan masuk perlahan bersamaan dengan nutrisi lainnya.

Gula terbaik adalah gula kompleks atau polisakarida atau pati, yang terkandung dalam pasta, kacang polong, kentang, tepung gandum, dan biji-bijian. Setelah dicerna, gula ini akan masuk ke aliran darah dalam bentuk seperti kapsul energi yang memasok energi secara perlahan dan konstan, sehingga member perasaan kenyang lebih lama.

Sumber gula yang paling baik dapat ditemukan dari apel, buncis, kacang plong, ASI, produk olahan susu (yogurt tawar), buah segar, pasta, kentang, kedelai, sayuran, dan biji-bijian.


Friday, February 24, 2012

Memperkenalkan penggunaan cangkir pada bayi

Sebenarnya tidak ada patokan usia untuk mulai memperkenalkan penggunaan cangkir pada bayi. Bayi yang baru lahir pun sebenarnya dapat menggunakan cangkir plastik yang mudah dibengkok-bengkokkan. Tahap perkenalan ini bertujuan untuk mengganti botol atau payudara ibu dengan cangkir, secara bertahap. Bagaimanapun juga, peralihan dari menghisap ke menyeruput memerlukan koordinasi mulut yang berbeda dan kemampuan menelan yang lebih baik.
Refleks penolakan lidah yang cenderung menjulur akan bertumbukan dengan bibir yang merapat pada punggir cangkir, sehingga cairan dari cangkir akan menetes melalui bagian sudut mulut. Kebanyakan bayi tidak dapat menguasai cara menempelkan bibirnya pada bibir cangkir dengan baik sampai kira-kira usia 1 tahun.
Berikut adalah beberapa tips untuk meminimalisasi gangguan-gangguan saat memperkenalkan penggunaan cangkir:
  • Peganglah gelas atau cangkir saat bayi minum, sampai ia belajar dan mampu memegang sendiri.
  • Bila banyak cairan yang menetes saat bayi minum dari cangkir, gunakan cangkir khusus yang dilengkapi penutup rapat dan sedotan atau lubang kecil, untuk latihan terlebih dahulu.
  • Gunakan cangkir yang berat pada bagian dasarnya sehingga tidak mudah terguling. Cangkir dengan alas cukup luas akan mendukung stabilitasnya.
  • Gunakan cangkir plastik dengan dua pegangan telinga sehingga mudah digenggam oleh bayi.
  • Lindungi pakaian bayi dengan celemek dada yang tahan air.
  • Isi cangkir dengan susu formula atau jus buah dalam jumlah yang sedikit dulu, untuk satu kali makan.

Ibu yang menyusui, kebanyakan melewati tahap penggunaan botol dan langsung mendorong penggunaan cangkir. Jika bayi masih menolak cangkir pada akhir tahun pertama, padahal ibu ingin segera memulai penyapihan cobalah cara-cara kreatif untuk mendukungnya. Misalnya gunakan cangkir plastik berbentuk mainan, ajak bayi untuk memperhatikan orang-orang di sekelilingnya yang menikmati minum dengan cangkir masing-masing, letakkan cangkir dalam jangkauannya, dan isilah cangkir dengan cairan yang telah dikenalnya dengan baik atau disukainya. Selamat mencoba ^_^

Wednesday, February 15, 2012

Cara melakukan penyapihan (Bagian II)

Jangan menawarkan dan jangan menolak
Penyapihan berarti pelepasan, bukan penolakan. Walaupun ibu telah berusaha meminimalisasi situasi yang mendorong bayi ingin menyusu, namun bersikaplah terbuka ketika bayi benar-benar membutuhkan dan menginginkan ASI. Terkadang bayi minta menyusu hanya untuk memenuhi kebutuhan hubungan emosionalnya dengan ibu. Selain itu, longgarkanlah penyapihan jika ibu mengamati munculnya tingkah laku negatif (marah atau sedih berlebihan) pada bayi. Demikian pula jika bayi sedang sakit, frekuensi penyusuan sangatlah penting untuk membantu penyediaan antibodi, jadi tundalah dulu penyapihan yang direncanakan.

Mengembangkan cara-cara kreatif

Bayi pada usia mencukupi ketika disapih (1-2 tahun) pada umumnya terpicu keinginannya untuk menyusu karena merasa bosan dengan keadaan sekelilingnya, baik mainan maupun orang-orang di sekitarnya, sehingga ia mencari kembali penghiburan melalui penyusuan. Oleh karena itu, cara terbaik untuk mengalihkan perhatiannya adalah dengan membuat bayi sibuk, termasuk dengan mengajarkan hal-hal baru untuknya. Selain itu, kurangi atau hindari juga posisi-posisi yang dapat memicu ingatan bayi pada proses penyusuan, misalnya duduk di kursi sofa tempat biasa bayi menyusu.
Batita pada umumnya ingin menyusu saat ia hendak tidur. Untuk menghilangkan kebiasaan ini, buatlah jadwal tidur siang dan malam yang pasti dan ciptakan aktivitas lain menjelang tidur, misalnya membaca cerita dongeng, mendengarkan musik yang menenangkan, menonton video anak-anak, permainan sederhana, dan sebagainya.

Dengan cara-cara di atas, niscaya penyapihan pun akan terasa lebih mudah. Penyapihan bukan lagi dianggap sebagai suatu kehilangan, namun perluasan hubungan ibu dan bayi. Hubungan ibu dan bayi tidak lagi melulu hanya melalui penyusuan, namun dapat berkembang ke aktivitas lainnya. Bayi pun tidak akan merasa terpaksa melepas penyusuan, tetapi dengan senang hati belajar menerima alternatif yang ditawarkan sebagai pengganti menyusu.

Tuesday, February 14, 2012

Cara melakukan penyapihan (Bagian I)

Pada usia 1-2 tahun, ibu disarankan mulai menyapih bayinya untuk memenuhi kecukupan gizinya selain dari ASI. Menyapih secara umum didefinisikan sebagai tidak memberi ASI dan menggantinya dengan makanan lain.  Berikut adalah beberapa tips dalam proses penyapihan agar ibu sukses menyapih dan bayi pun tidak merasa dipaksa.

Menyapih dari orang ke orang, bukan dari orang ke benda

Seringkali ibu menggunakan boneka beruang atau mainan bayi lainnya untuk membujuk bayi agar beralih dari payudara ibu. Cara ini lebih tidak disarankan karena peran ibu digantikan oleh benda mati. Akibatnya interaksi sosial bayi pun menjadi kurang berkembang. Sebagai pengganti ibu, ayah bisa menjadi alternatif dalam mengambil peranan ibu, bukannya benda mati.

Perlahan dan bertahap
Hindari menyapih secara tergesa-gesa, misalnya dengan meninggalkan bayi untuk urusan bisnis ke luar kota. Pelepasan kedekatan emosional dari payudara ibu dan keseluruhan peran ibu secara mendadak akan menghasilkan stres berlebihan bagi bayi. Lakukanlah secara bertahap, misalnya dimulai dengan tidak memberikan ASI pada jam-jam yang tidak terlalu disukai bayi, misalnya di pagi hari saat ibu dan bayi senang berjalan-jalan santai ke luar rumah, atau kurangi frekuensi menyusui sedikit demi sedikit. Seiring berjalannya waktu, ibu dan bayi akan saling menyesuaikan diri hingga hanya melakukan penyusuan satu atau dua kali sehari (misalnya saat tidur siang atau malam hari).

Bersambung...